Jumat, 21 Oktober 2011

Sebuah Pemikiran : Dunia dan Aku


Di masa kecil, kita terbiasa melihat alam ini dengan pikiran terbuka. Kita terkagum-kagum dengan kemerlip bintang dan sinar rembulan yang terpancar dengan indahnya. Kita melihat masa depan dan berbagai hal yang jauh di luar jangkauan kita dengan keheranan, rasa penasaran dan ingin tahu. Pengalaman dan perasaan itu adalah sesuatu yang luar biasa. Sebuah masa yang hanya sekali kita rasakan seumur hidup. Kita tidak akan menemukan lagi masa-masa itu seiring dengan bertumbuhnya dan berkembangnya diri kita. Tidak akan lagi semua itu terulang, kecuali hanya sebatas kenangan yang akan kita ingat dengan rasa tidak percaya. Benarkah masa lalu itu benar-benar diri kita? Ataukah ia sesuatu yang lain, diri kita dari segi lain yang tersudut di dalam pemikiran kita. Jauh di luar jangkauan dan tak akan dapat kita sentuh.

Sekarang, kita melihat dunia sebagai sebuah hal yang naif, picik dan tidak punya belas kasihan. Peradaban yang kita bangun selama berabad-abad, peradaban yang telah menyelamatkan diri kita dari hawa dingin dan nafsu pemangsa tiba-tiba saja lenyap digantikan gambaran kelam akan masa depan yang penuh kekejian dan tanpa belas kasihan. Dunia memang tidak sedamai yang ada di dalam buku dongeng. Kita semua menyadari akan hal itu. Namun, tidak dapat juga kita menyamakan dunia kita sekarang ini sebagai padang stepa tempat nenek moyang kita berburu dan meramu.

Kita mempunyai dunia yang indah, dunia sebagai anugerah dari Sang Pencipta. Akan seperti apa dunia ini nantinya, itu tergantung dari diri kita sekarang ini. Kita yang menatap masa depan ini, bukan orang yang pernah berdiri di belakang kita, yang telah tertulis dalam baris-baris sejarah tak berujung.

Tidak ada komentar: