Minggu, 30 Oktober 2011

Dasar Decision Support System (DSS)

Decision Support System (DSS) atau di dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah sebuah informasi berbasis komputer yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan decison-making dari sebuah organisasi atau sebuah perusahaan. Lingkup DSS ini tidak hanya terbatas pada bidang IT saja, melainkan juga bidang-bidang lain seperti industri, kesehatan, penelitian bahkan juga ada beberapa yang membawanya ke ranah politis. DSS memungkinkan seseorang untuk melakukan manajemen, operasi dan perencanaan dari sebuah perusahaan adalam membuat keputusan, yang mana keputusan tersebut terkadang sangat cepat berubah dan tidak mudah ditetapkan.

DSS saat ini kebanyakan dibangun berbasis software interaktif yang mampu mempermudah decision-maker (pengambil kebijakan) untuk mengambil keputusan berdasarkan data-data mentah, dokumen, bekal pengetahuan individu maupun bisnis model yang disediakan oleh software aplikasi DSS. 

Beberapa informasi yang mungkin dimunculkan oleh aplikasi decision support antara lain:
  • Inventori dari aset informasi (termasuk di dalamnya legacy dan data relational, data warehousing, data marts dan cubes).
  • Perbandingan angka penjualan antara satu periode dengan periode lainnya. Atau perbandingan angka yang sejenis dengannya.
  • Proyeksi angka pendapatan berdasarkan penjualan produk yang sudah ada. Atau perbandingan angka yang sejenis dengannya.

Pengembangan Konten Informasi Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta


 
Pariwisata merupakan salah satu sumber pemasukan utama bagi Indonesia. Pariwisata menyumbang 6,3 milliar dollar pemasukan negara pada tahun 2009, dan diharapkan angka tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun. Salah satu provinsi yang mempunyai potensi pariwisata terbesar di Indonesia adalah Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai perpaduan berbagai unsur unik budaya lokal dan alam sehingga wilayah tersebut terkenal, tidak saja di kalangan wisatawan lokal namun juga manca negara. 
Logo DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta)

Pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta masih mempunyai potensi yang lebih untuk dikembangkan. Potensi tersebut dapat digolongkan sekurangnya menjadi 3 jenis. Potensi di bidang kuliner, yang berhubungan dengan masakan dan panganan khususnya masakan dan panganan tradisional. Potensi di bidang budaya termasuk di dalamnya potensi wisata sejarah dan hasil karya seni yang berkembang sangat luas di Daerah Istimewa Yogyakarta. Potensi di bidang pariwisata alam, terutama daerah pantai dan pegunungan yang sebagian besar masih belum tereksplorasi dan dikenal publik secara luas.

Jumat, 21 Oktober 2011

Sebuah Pemikiran : Dunia dan Aku


Di masa kecil, kita terbiasa melihat alam ini dengan pikiran terbuka. Kita terkagum-kagum dengan kemerlip bintang dan sinar rembulan yang terpancar dengan indahnya. Kita melihat masa depan dan berbagai hal yang jauh di luar jangkauan kita dengan keheranan, rasa penasaran dan ingin tahu. Pengalaman dan perasaan itu adalah sesuatu yang luar biasa. Sebuah masa yang hanya sekali kita rasakan seumur hidup. Kita tidak akan menemukan lagi masa-masa itu seiring dengan bertumbuhnya dan berkembangnya diri kita. Tidak akan lagi semua itu terulang, kecuali hanya sebatas kenangan yang akan kita ingat dengan rasa tidak percaya. Benarkah masa lalu itu benar-benar diri kita? Ataukah ia sesuatu yang lain, diri kita dari segi lain yang tersudut di dalam pemikiran kita. Jauh di luar jangkauan dan tak akan dapat kita sentuh.

Selasa, 06 September 2011

Indonesia, Dianatara Nasionalisme dan Kebodohan

Dalam pertandingan Indonesia melawan Bahrain untuk kualifikasi pra piala dunia, Indonesia kalah 2-0 di kandang sendiri. Namun, itu bukanlah hal yang menjadi sorotan utama. Kekalahan semacam itu wajar saja mengingat ranking kita berada di bawah Bahrain menurut FIFA. Yang menjadi sorotan utama adalah ketidak supportifan sporter timnas Indonesia yang memenuhi stadion utama Glora Bung Karno. Mereka seakan marah karena timnas harapan mereka tidak dapat meraih hasil yang mereka harapkan. Tidak hanya itu, di dalam social mediapun beredar macam-macam argumentasi, celaan, cercaan walaupun ada pula dukungan dan pemberi semangat. 
 


Di sinilah letak kelemahan kita, kita bukanlah bangsa yang dapat dikatakan loyal. Loyal terhadap pemimpinnya, loyal terhadap negerinya dan bahkan loyal terhadap bangsanya sendiri. Kita selalu menyalahkan orang lain, menganggap bahwa apabila kita bisa berkomentar, maka kita telah menjadi orang yang luar biasa baik. Namun apakah memang seperti itu? Itu hanya menunjukan bahwa kita bangsa yang bermental rusak. Kita selalu mengelu-elukan nasionalisme. Tapi apakah kita tahu bentuk nasionalisme yang kita teriakan? Apakah itu bukan sebuah kebutaan? Ya, kita memang bangsa yang baru dalam mengenal demokrasi dan kebebasan. Namun itu bukan alasan kita menjadi orang yang arogan dan merasa menang sendiri. Di mana rasa tepo seliro yang selalu kita banggakan dulu, di mana rasa tanggung jawab kebangasaan yang dulu lekat di hati para pejuang dalam merebut kemerdekaan.

Kita tidak akan pernah menjadi besar jika masih terkukung dalam kebodohan dalam kebangsaan. Kita harus menjadi bangsa yang cerdas, tidak hanya dalam keilmuan, tapi juga dalam rasa. Semoga bangsa ini menjadi besar dengan instrospeksi diri kita. Semoga negara kita dapat bertahan selama 1000 tahun lamanya..