Kamis, 04 Februari 2021

Borobudur dan Simbol Peradaban Indonesia

Jika orang ditanya, bangunan kuno apa yang paling kita ingat yang dibangun kerajaan Nusantara jaman dulu? Mungkin sebagian besar akan menjawab Borobudur, barangkali diikuti dengan Prambanan dan beberapa candi megah lain. Uniknya, Borobudur dibangun bukan pada masa puncak peradaban Nusantara. Ia dibangun oleh sebuah kerajaan yang notabene tidak begitu agung. Kerajaan itu adalah kerajaan Mataram.

 

Para ahli sejarah masih memperdebatkan apakah Mataram yang membangun Borobudur (dan Prambanan meskipun berbeda dinasti), adalah "juga" penguasa Srivijaya. Apakah kedua negara itu mempunyai hubungan "personal union." atau justru hubungan Mataram adalah vassal bagi Srivijaya. Sampai sejauh ini tidak ada prasasti yang dengan tegas mengatakan itu. Yang jelas, Srivijaya dengan luas kekuasaan sepertiga Asia Tenggara sekarang ini sempat terlupakan oleh sejarah. Dan justru kerajaan kecil seperti Mataram, yang hanya menguasai sebagian Jawa Tengah dan Timur tak lekang oleh waktu.

Peninggalan bangunan sejarah yang mempesona seperti candi-candi Jawa adalah salah satu bukti jika manusia ingin diingat selamanya. Motivasi itu juga yang melatar belakangi dibangunnya piramid-piramid raksasa di Mesir, atau monumen-monumen lain di seantero dunia yang diabadikan untuk mengingat seseorang. Itulah, mengapa dunia mengenal betul Borobudur. Sedangkan Srivijaya dan kemudian nanti Majapahit kurang begitu mendengung di telinga orang luar.

 

Srivijaya dan Majapahit adalah dua kerajaan besar. Tidak ada yang meragukan hal itu, walaupun masih ada debat tentang seberapa luas kekuasaan mereka sesungguhnya. Namun, yang paling dikenal dunia untuk peradaban Asia Tenggara adalah kebudayaan Khmer. Mereka meninggalkan bekas peradaban yang tak dapat dipandang sebelah mata. Kota terbesar di jamannya, kota yang kita sebut sebaga Angkor atau Angkor Wat.

Angkor Wat adalah peninggalan yang luar biasa. Sebuah kota metropolitan yang pernah ditinggali kurang lebih satu juta orang di masa puncak kejayaannya. Sebuah capaian yang tidak mudah dilakukan untuk peradaban pre-industri. Bahkan oleh peradaban-peradaban maju di Eropa sekalipun.

Jika Srivijaya dan Majaphit rupanya tidak mampu membangun kota semegah dan seagung Angkor. Ibukota Majapahit di Trowulan misalnya, sekarang hanya tersisa sebagian kecil saja. Kita tidak tahu sampai sekarang, seberapa besar Trowulan di masa lalu, seberapa besar penduduknya, dan sekuat apa pertahanannya. Kita hanya dapat mengira-ira, dari sisa-sisa reruntuhan kota-nya yang sekarang dikonservasi.

Srivijaya bahkan lebih parah lagi, seluruh peradaban Srivijaya hampir terlupakan jika tidak ada penemuan kembali di tahun 1920. Untuk kerajaan dengan ukuran wilayah sepertinya, Srivijaya termasuk meninggalkan bukti sejarah yang begitu minim. Ibukota-nya saja masih belum secara pasti ditemukan. Muara Jambi mungkin adalah salah satu kandidat yang paling kuat.

Alasan mengapa dua peradaban itu tidak banyak membangun monumen-monumen raksasa tidaklah jelas. Apakah kedua peradaban itu lebih miskin dari Mataram kuno? Atau apakah ada prioritas lain? Atau apakah kombinasi dari keduanya?

Peninggalan Srivijaya dan Majapahit kurang lebih serupa. Kota-kotanya rata-rata dibangun dengan menggunakan batu-bata. Batu-bata mudah dibuat dan jauh lebih murah. Batu-bata juga memungkinkan pembangunan yang ekspansif bagi sebuah kota. Namun ya, batu-bata tidak dapat bertahan lama. Ia mudah sekali melebur ataupun hancur karena kekuatan alam.

Jika begitu, apakah ada kemungkinan peradaban lain di Indonesia yang mungkin tidak pernah kita ketahui sebelumnya?

Jawabannya aku yakin ada, dan kemungkinannya sangat besar sekali. Seperti Borobudur, ia merupakan sebuah simbol yang menjadi sebuah puncak gunung es. Borobudur menjadi sebuah kunci untuk membuka peradaban masa lalu Indonesia yang hampir saja terlupakan.

Barangkali suatu saat kita akan menemukan kunci-kunci lain untuk memahami peradaban Indonesia yang terkubur. Peradaban yang barangkali tidak kita duga sebelumnya. Peradaban yang barangkali unik, berbeda dari yang lain. Saya tidak setuju dengan banyak konspirasi yang mengatakan jika peradaban manusia jauh lebih tua dari seharusnya. Namun saya setuju jika banyak peradaban yang masih belum diketemukan. Indonesia adalah sebuah wilayah yang dinamis. Terbentuk dan dihancurkan oleh banyak sekali bencana alam. Jadi, kita masih harus membuka pikiran kita tentang berbagai macam kemungkinan yang bisa terjadi.

 

Tidak ada komentar: